Senin, 15 September 2008

Keagungan Pakaya

KEAGUNGAN PAKAYA *

Oleh : Yosef P. Koton

Mundurnya Pakaya dari Ketua DPD 1 Golkar Provinsi Gorontalo yang disebabkan presure dari massa AMPG (GP), menunjukkan keagungan seorang Pakaya sebagai pemimpin yang mempunyai jiwa yang besar. Tidak salah julukan yang selama ini disandangnya sebagai Panglima politik. Di saat Gorontalo kekurangan pemimpin yang berani memenuhi “Aspirasi” massa, Pakaya dengan agungnya tampil kedepan memberikan contoh, bahwa jabatan itu kecil, bukanlah segala-galanya bagi dirinya. Masih banyak “jabatan” lainnya yang lebih terhormat untuk dilakoninya sebagai sumbangsihnya bagi kemajuan daerah Gorontalo tercinta.

Keagungan Pakaya ini bagaikan Menara Keagungan yang dibangunnya, Pentadio Resort, Pabrik Tepung Kelapa, Nata De Coco, Mall, Kebun Binatang. Pembangunan yang tak mudah dilupakan orang, berkat sumbangsih Pakaya untuk mengangkat harkat dan martabat daerah dan juga masyarakat. Pakaya adalah orang yang realistis di dalam membangun daerah. Bukankah pengalaman pembangunan sebelum ini menunjukkan bahwa anggaran yang langsung ke tingkat masyarakat bawah tidak dapat membantu mengentaskan kemiskinan masyarakat ditingkat bawah tersebut ? Banyak contohnya seperti Kredit Usaha Tani (KUT) dan program semacam itu dengan anggaran milyaran yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan, tetapi siapakah yang paling diuntungkan? Bukankah pengurus dan pelaksana? Sehingga sampai dengan hari ini mereka berurusan dengan aparat penegak hukum? Dan masih banyak lagi contoh-contoh program dengan anggaran milyaran tetapi hasilnya tidak ada bekas-bekasnya atau tanda-tandanya? Seperti penghijauan, pohon yang ditanam sampai dengan hari ini tidak tumbuh-tumbuh.. Pembangunan tanggul, ketika banjir hanyut dibawah air. Dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya.

Penataan dan pencerahan Kota Limboto, yang sebelumnya dikatakan sebagai kota yang tertidur sehingga menjadi kota terbangun, terpoles dan menjadi cantik, indah menawan, dimana para tamu dari luar daerah yang pertama kali datang ke Gorontalo terkagum-kagum dan bertanya-tanya apakah sudah disini pusat kotanya? Merupakan upaya briliant Pakaya agar anggaran pembangunan dapat dirasakan dan dapat dinikmati oleh semua orang serta dapat memajukan daerah. Kesan kasat mata orang melihat kemajuan suatu daerah adalah dari fisik bangunannya dulu. Apabila pertama kali dia melihat bangunan yang megah, indah menarik, maka timbul dalam benaknya bahwa daerah ini maju dan tidak terbelakang dibanding dengan daerah lainnya. Hal-hal inilah yang menonjol sebagai keberhasilan Pakaya dalam upayanya membangun daerah Kabupaten Gorontalo dan kita selayaknya berterima kasih kepadanya atas jasa-jasanya tersebut.

Kalau mengkaji lebih kedalam lagi program yang dilakukan Pakaya sebenarnya sangat sinergis dengan program Pemerintah Provinsi. Ternyata luas lahan dan produksi jagung serta hasil perikanan lebih banyak dihasilkan dari Kabupaten Gorontalo, tetapi hal ini tidak terkomunikasi dan tersosialisasi dengan baik ke tingkat Provinsi. Apakah hal ini disengaja atau tidak oleh pembantu-pembantu Pakaya agar terjadi “bentrok” antar Pakaya dengan Gubernur? Sungguh disesalkan, ternyata terobosan program yang sangat bagus dari pakaya tidak didukung secara maksimal oleh pembantu-pembantunya. Ataukah mungkin kualitas SDM pembantu Pakaya rendah? Ataukah ada hal yang lain? Perlu dilakukan kajian untuk itu.

Sebetulnya upaya pembangunan yang dilakukan Pakaya pada prinsipnya hampir mirip dengan yang dilakukan Kabupaten Boalemo dan Kota Gorontalo tetapi bedanya, pendekatan, komunikasi dan sosialisasi yang dilakukan oleh pembantu-pembantu kedua pemimpin di kedua daerah tersebut sangatlah komunikatif dan bersahabat serta menyadari perlunya dukungan Pemerintah Provinsi untuk menyukseskan program-program yang dilaksanakannya.

Program terobosan Pakaya lainnya yang sebenarnya sejalan dengan program peningkatan sumber daya manusia (SDM) Pemerintah Provinsi adalah pembebasan siswa dari pembayaran SPP, ini merupakan suatu kebijakan yang jitu dan tepat dilihat dari sisi penggunaan anggaran yang dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat dan bukan oleh sebagian kelompok masyarakat “aktifis” tertentu yang berlindung dibalik kemiskinan dan ketakberdayaan para petani dan nelayan. Walaupun program ini dikritisi tidak efektif. Bukankah hal yang sama juga dilakukan oleh Pemerintah Jembrana di Provinsi Bali ?

Sejatinya terdapat beberapa program yang dilakukan Pakaya yang agak berbeda dengan daerah lainnya dan merupakan satu terobosan dan lompatan-lompatan didalam memajukan daerah dan masyarakat Kabupaten Gorontalo. Lompatannya sebenarnya akan semakin jauh lagi seandainya terjalin hubungan komunikasi yang baik dengan Pemerintah Provinsi, sehingga Gubernur akan meneruskannya ke Pemerintah Pusat untuk memperbanyak lagi anggaran yang dikucurkan kedaerah ini.

Akhirnya, daerah ini masih membutuhkan ide-ide segar dari Pakaya untuk mempercepat pembangunan di Provinsi Gorontalo. Tetapi berhasilkah Pakaya meyakinkan masyarakat untuk memilihnya kembali menjadi pemimpin di Kabupaten Gorontalo? Kita tunggu, dalam waktu yang tidak terlalu lama, hanya dalam waktu 3 bulan kedepan, pada bulan Juni 2005.

Tidak ada komentar: