Jumat, 05 September 2008

MOCHTAR MOHAMAD (M2)


MOCHTAR MOHAMAD (M2)



Waktu itu, masih duduk dibangku SMP Negeri Telaga, saat-saat menghadapi ujian sekolah kami selalu belajar kelompok bersama dari rumah teman yang satu ke rumah teman yang lainnya. Salah satu rumah tempat belajar Kelompok belajarku adalah rumahnya Utan (Mochtar Mohamad) di desa Tuladenggi Kecamatan Telaga. Aku masih ingat bagaimana ramah dan tulusnya ibunya menerima kami belajar bersama. Begitu pula dengan adiknya Rita dan Kakaknya Ulin. Di pagi hari setelah belajar Kami bermain bulu tangkis, kebetulan dirumahnya Utan ada lapangan bulu tangkis. Teman-teman yang belajar dirumah M2 ini yang Aku masih ingat, maklumlah sudah 29 tahun (1979) yang lalu seperti antara lain; Hais Nasibu (Almarhum), Thamrin Mootalu (Almarhum), Zadir Bouta, Jemi Wadipalapa, Abdullah Moha dan Suwandi Musa. Biasanya kenderaan yang kami gunakan ke desa Tuladenggi ini adalah sepeda, ada yang jenis turangga, Jengki dan ada juga jenis yang lain. Yang Aku kenang tentang M2 ini adalah pada mata pelajaran ketrampilan, dimana leter hurufnya sangat Aku kagumi, banyak variasinya dan menurutku sangat indah dipandang.



Disamping itu pula pada saat di SMP kami berdiskusi kelompok dibawah bimbingan guru Matematika Kami, Pak Haji Yudin Mustafa berpindah dari rumah teman yang satu ke rumah teman yang lain. Sehingga tercipta keakraban diantara teman-teman seangkatanku waktu sekolah di SMP negeri Telaga saat itu. Karena keakraban ini diantara laki dan wanitanya secara alamiah memang hal yang normal sudah mulai muncul yang namanya benih cinta tapi masih dalam bentuk cinta monyet. Aku juga mengalaminya dimana Aku tidak punya nyali mengungkapkannya (PD Ku saat itu sangat rendah) hanya mata dan hati yang berbicara. Teman-teman berdiskusi yang masih kuingat waktu itu seperti antara lain; Sri Anggreini Bowta, Selviana Ikano, Fajrah Eyato, Yenni Daud, Warda Kaluku, Rosna Yusuf, Fatmah Thalib, Rona Hippy, Ramona Mohamad, Noldi Ahmad, Ida Ngabito, Ulan, Amrain Puhi, Rustam Thalib, Halid Usu, Ridwan Lukum, Abdullah Moha, Marwan Jafar.



Takdir siapa menjadi apa di tangan Tuhan, tidak ada yang menyangka pada 30 tahun yang lalu kalau temanku Utan ini akan menjadi Walikota Bekasi Propinsi Jawa Barat (2008 – 2013), sebelumnya wakil Walikota Bekasi (2003 – 2008). Teman seangkatanku SMP negeri Telaga saat ini Utan lah yang paling tinggi Jabatannya. Padahal waktu sekolah di SMP dulu prestasinya Utan ini biasa-biasa saja, Tidak Seperti prestasinya Marwan Jafar, Jhon Rantepadang dan Aku sendiri yang selalu menjadi bintang kelas. Aku bercanda kepadanya kalau pendidikan Akulah yang paling tinggi, karena saat ini Aku sementara mengikuti pendidikan S3 (Doktor) Administrasi Publik di Universitas Negeri Makassar.



Utan ini dari SMP dulu bila berteman sangat baik dan tulus, mengikuti sifat ibunya. Bayangkan waktu aku membesuk ibunya di Rumah Sakit ibunya masih mengenaliku padahal sudah 30 tahun yang lalu Aku sudah tidak pernah bertemu Ibunya lagi, karena keterbatasan waktu dan pekerjaan. Demikian pula dengan Adiknya Rita dan Kakaknya Ulin. Aku dan teman-teman berdoa Semoga Ibundanya Utan segera sembuh. Amin.



Orang sering berkata apabila seseorang sudah berhasil, maka akan lupa kepada teman-temannya dulu, apabila bertemu tidak menegur, tersenyum saja tidak karena gengsi jabatan, kekayaan dan kekuasaannya akan berkurang. Hal ini tidak berlaku pada temanku yang satu ini yang kukatakan kepada teman-teman Utan itu berhati “Malaikat” . Walaupun Jabatannya sudah tinggi diantara kami, Dia tetap seperti Utan 30 tahun yang lalu, bercanda, bersenda gurau seperti tidak ada jarak antara kami dan dia. Memang sudah sepantasnya Tuhan memberinya jabatan yang tinggi. Aku dan teman-teman berdoa semoga prestasinya meningkat terus dimasa yang akan datang, menjadi Gubernur atau bahkan menjadi Menteri. Amin.



Yang berbeda dari Utan yang dulu 30 tahun yang lalu dengan yang sekarang adalah adalah berat badannya yang semakin bertambah. Aku dan teman-teman berharap agar berat badannya dikurangi dengan melakukan olah raga yang teratur dan melakukan diet yang ketat sehingga kesehatannya akan tetap terjaga dan bugar selalu dalam bekerja dan berkarya untuk kemaslahatan umat manusia. Kami teman-temanMu di Gorontalo selalu berdoa untukMu untuk prestasimu dan kesehatanmu. Kabulkan ya .. Allah. Amin.



2 komentar:

Anonim mengatakan...

Kalau teman satu angkatannya utan berjiwa malaikat, mungkin kami warganya menyebut dia adalah sinterklas yang siap hadir dikala kami gelisah. dan mungkin, warga Gorontalo, tidak mengatahui, kalau dulu M2 adalah Utan, sekarang warga Bekasi yang mencintainya, memanggilnya adalah Babeh M2, panggilan Babeh yang menjadi predikat baru bagi dia, hal ini karena jiwa dan figurnya yang suka "ngemong" kalau orang jawa bilang. doa dan harapan kami, untuk Babeh M2, hal halnya seperti doa-doa dari ribuan warga Bekasi, dan doa ribuan warga Gorontalo pada Babeh M2. Viva Wong Cilik, Viva Babeh M2

LSM AP3G mengatakan...

Betul, semoga Babeh M2 tetap sehat walafiat selalu dan menjadi pemimpin panutan bagi Indonesia dimasa depan dalam memajukan bangsa Indonesia yang terpuruk saat ini ke arah kemajuan sehingga tidak tertinggal dari Bangsa-bangsa lainnya di dunia. Amin